Oleh : Dr (c) Petrizal, ST., MT ( Ahli Pengolahan Air Bersih dan Lingkungan)

Integrasi Pendidikan Surau dan Modern, Konsep Pembinaan Bergulir Hidupkan Kembali Semangat Nagari
Oleh : Dr (c) Petrizal, ST., MT ( Ahli Pengolahan Air Bersih)
Tarusan – Pesisir Selatan nrtvnews.info Sebuah inovasi pendidikan di tengah masyarakat Minangkabau khususnya di Pesisir Selatan, menggabungkan kearifan lokal dengan kebutuhan pendidikan modern. Konsep ini dikenal sebagai Pendidikan Bergulir, sebuah sistem yang menghidupkan kembali peran Surau sebagai pusat pembelajaran berbasis adat, agama, dan masyarakat.
Dibangun atas dasar kebersamaan dan nilai budaya Minangkabau yang kuat, konsep pendidikan bergulir ini melibatkan langsung tali tigo sapilin yakni ninik mamak, alim ulama, dan cadiak pandai sebagai pengarah utama pelaksanaannya. Peran strategis mereka menjadi jembatan antara warisan budaya dan kebutuhan pendidikan masa kini.
Surau sebagai Pusat Ilmu yang Mandiri
Dalam praktiknya, sistem ini menjadikan surau sebagai tempat belajar yang hidup dan mandiri. Pembelajaran dimulai dari tingkat paling dasar, seperti membaca Iqra’, pengenalan makharijul huruf, hingga kemampuan membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar.
Namun tidak berhenti di sana, surau juga menjadi wadah pendidikan formal non-agama seperti matematika, bahasa Inggris, hingga keterampilan lainnya. Guru-guru senior yang mengajar dibina langsung oleh lembaga nagari, sementara proses belajar-mengajar dilaksanakan secara berjenjang.
Model Pembinaan Bergulir, Gotong Royong Ilmu
Keunikan sistem ini terletak pada skema pembinaan bergulir, di mana mahasiswa menjadi pembina bagi siswa SMA, siswa SMA membimbing siswa SMP, dan siswa SMP membantu adik-adik mereka di tingkat SD. Para peserta didik dipilih melalui seleksi berdasarkan keunggulan dan minat di bidang masing-masing baik keagamaan maupun akademik.
Meski bersifat gotong royong, seluruh proses tetap berada dalam kontrol tungku tigo sajarangan. Pendekatan ini memastikan bahwa transfer ilmu berjalan beriringan dengan pembentukan karakter, moral, dan nilai-nilai adat.
Mencetak Generasi Pemimpin dari Nagari
Lewat pendekatan ini, pendidikan tidak lagi semata-mata menjadi tanggung jawab sekolah, tetapi menjadi urusan bersama antara adat, agama, dan masyarakat. Dari surau-surau yang aktif ini, perlahan tumbuh kelompok-kelompok belajar yang solid dan saling menguatkan.
“Ini bukan sekadar mengajar, tapi juga menanamkan nilai kepemimpinan, kepedulian sosial, dan semangat membangun nagari,” ujar Drs.H.Jasril Jabar,M.Pd Datuak Kayo salah satu tokoh masyarakat.
Dengan semangat yang terus digelorakan, konsep pendidikan bergulir ini diyakini mampu melahirkan generasi muda yang tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga kuat dalam karakter. Mereka inilah nantinya yang akan menjadi aktor perubahan, membawa nama nagari ke tingkat nasional, sebagai tokoh-tokoh yang lahir dari akar perjuangan masyarakatnya sendiri.

